Semua kandungan di dalam blog ini adalah dari tulisan Ustaz Adi Yanto Meridukansurga di laman Facebooknya. Saya sekadar mencuba menghimpunkannya untuk manfaat semua umat. Terima kasih kepada Ustaz Adi yang memberikan keizinannya - Tulus dari Cipher.
23 Dec 2012
Bidadara Untuk Wanita?
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Syaikh Muhammad al-’Utsaymīn pernah ditanya, “Jika seorang wanita dari kalangan ahli surga blm pernah menikah di dunia, / ia menikah namun suaminya tdk masuk surga, maka siapakah yg akan bersama wanita itu (di surga)?”
Beliau menjawab, “Jawaban atas pertanyaan ini dapat diambil dari keumuman firman Allah Ta’ālā: “Dan bagi kamu di dalamnya (akhirat) apa yg kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di dlmnya apa yg kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb yg Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Fushshilat [41]: 31-32)
Juga dari (keumuman) firman Allah Ta’ālā: “Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yg diingini oleh hati & sedap (dipandang) mata & kamu kekal di dlmnya.” (QS. Az- Zukhruf[43]: 71)
Jika seorang wanita termasuk ahli surga & ia belum pernah menikah (di dunia), / ternyata suaminya (di dunia) tdk termasuk ahli surga, maka apabila wanita itu memasuki surga niscaya ia akn mendapati bahwa di surga ada pria2 yg juga blm menikah (di dunia), yg mana pria2 tersebut memiliki istri2 dari kalangan bidadari &wanita2 dunia,jika mereka menghendaki & jiwa mereka menginginkan hal itu. Maka begitu pula yg kita katakan terkait dg wanita tadi (yaitu) apabila ia blm memiliki suami (di dunia) / ia memiliki suami di dunia namun suaminya tdk masuk surga bersamanya, bahwa apabila ia ingin menikah maka ia pasti akan mendapatkan apa yg ia inginkan tersebut, berdasarkan keumuman ayat2 di atas.
Pada saat ini saya belum mendapati nash yg khusus dlm permasalahan ini, dan ilmu adalah milik Allah Ta’ālā.” [Fatāwa al-'Aqīdah, hal. 312] Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Termasuk hal yg umum diketahui bahwa pernikahan termasuk perkara yg paling diinginkan oleh jiwa, & hal ini terealisir bagi penduduk surga, baik laki2 maupun wanita.” Beliau juga berkata, “Hanyalah disebutkan istri2 bagi para lelaki, sebab lelaki adlh pihak yg mencari & menginginkan wanita. Karena itulah hanya disebutkan istri2 bagi para lelaki di surga & tdk disebutkan suami2 bagi para wanita. Namun hal ini bukan berarti para wanita tersebut tdk memiliki suami (di surga), bahkan wanita2 tersebut memiliki suami2 dari kalangan anak Adam.” [Fatāwa al-'Aqīdah, hal. 313]
Bagaimana dg Wanita yg Pernah Memiliki Lebih dari Seorang Suami?
Apabila wanita tersebut pernah memiliki memiliki lebih dari satu suami di dunia, dan hanya satu dari suaminya yg masuk surga, maka wanita itu akan bersama suaminya yg masuk surga. Namun, bagaimana sekiranya seluruh suaminya masuk surga? Sependek pengetahuan saya, setidaknya terdapat dua pendapat di kalangan ulama dalam hal ini:
Pertama: Wanita Tersebut Memilih Suami yg Dikehendakinya Syaikh Muhammad al-’Utsaymīn pernah ditanya, “Jika seorang wanita pernah memiliki dua orang suami di dunia (suami pertama meninggal dunia lalu wanita tersebut menikah lagi, kemudian kedua suami dan wanita tersebut masuk surga), maka siapakah yang akan bersama wanita tadi?”
Beliau menjawab, “Jika seorang wanita memiliki dua orang suami di dunia, maka pada hari kiamat ia akan diperintahkan untuk memilih (salah satu) di antara keduanya di surga. Dan apabila wanita itu belum menikah di dunia, maka Allah akan menikahkannya dengan orang yang akan menjadi penyejuk mata baginya di surga. Kenikmatan surga tidaklah terbatas untuk pria, akan tetapi mencakup pria dan wanita, dan di antara kenikmatan tersebut adalah pernikahan.” [Fatāwa al-'Aqīdah, hal. 313]
Kedua: Wanita Tersebut Bersama Suaminya yang Terakhir Pendapat yang paling kuat dalam hal ini—insya Allah— dan didukung oleh hadits serta atsar adalah, ketika di surga, wanita mukminah akan bersama dengan suami terakhirnya di dunia. [Lihat al- Jannah wan Nār, Dr. 'Umar Sulaimān al-Asyqar, hal. 245-246] Nabi ` bersabda, “Seorang wanita adalah untuk suaminya yang terakhir.” [Lihat Shahīh al-Jāmi', no. 6691; dan ash-Shahīhah, no. 1281]
Imam ath-Thabrāni meriwayatkan, bahwa Mu’āwiyah pernah meminang Ummu ad-Dardā` setelah Abū ad-Dardā` meninggal dunia. Maka Ummu ad-Dardā` berkata,
“Sesungguhnya aku pernah mendengar Abū ad-Dardā` menyebutkan bahwa Rasulullah ` bersabda, ‘Siapa saja wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, lalu ia menikah lagi, maka ia diperuntukkan bagi suaminya yang terakhir.’ [Hadits ini dinyatakan valid oleh Syaikh al-Albāni dalam Shahīh al- Jāmi', no. 2704] Dan tidaklah aku lebih memilihmu dibandingkan Abū ad-Dardā`.” [Al-Mu'jam al-Ausath (III/275) no. 3130] Imam al-Baihaqi meriwayatkan, bahwa Hudzaifah berkata kepada istrinya, “Jika engkau ingin untuk menjadi istriku di surga maka janganlah engkau menikah lagi sepeninggalku. Sebab wanita di surga itu diperuntukkan bagi suaminya yang terakhir di dunia. Karena itulah Allah mengharamkan istri-istri Nabi ` untuk menikah lagi sepeninggal beliau, sebab mereka adalah istri- istri beliau di surga.” [Sunan al-Baihaqi al-Kubrā (VII/69) no. 13199]
Imam Ibn Sa’d meriwayatkan, bahwa Asmā` pernah mengadukan sikap keras suaminya, az-Zubair Ibn al-’Awwām, kepada ayahnya, Abū Bakr. Maka Abū Bakr berkata, “Wahai puteriku, bersabarlah. Sebab apabila seorang wanita memiliki suami yang shalih lalu si suami meninggal dunia dan ia tidak menikah lagi, niscaya Allah akan mengumpulkan keduanya di surga.” [Ath-Thabaqāt al-Kubrā (VIII/251). Lihat pula ash- Shahīhah, penjelasan hadits no. 1281]
Penting untuk diingat kembali, bahwa di surga tidak ada kesedihan dan kegundahan, hanya ada suka cita dan kegembiraan. Karena itu, meskipun seorang wanita di surga akan bersanding suaminya yang terakhir— padahal bisa jadi ketika di dunia ia lebih mencintai suaminya yang lain—namun ia tetap akan bahagia dan bersuka cita . Wallāhu a’lam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment