Semua kandungan di dalam blog ini adalah dari tulisan Ustaz Adi Yanto Meridukansurga di laman Facebooknya. Saya sekadar mencuba menghimpunkannya untuk manfaat semua umat. Terima kasih kepada Ustaz Adi yang memberikan keizinannya - Tulus dari Cipher.

23 Jan 2013

Jangan Pernah Membuat Orangtua Meneteskan Airmata-nya


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 


Photo: Jangan Pernah Membuat Orangtua Meneteskan Airmata-nya 
Nasihat


Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh


Ikhwaanii wa Akhwaatii rahimakumullah yang dirahmati oleh Allah SWT…


Zaman dan hidup telah berubah…
Sebenarnya, orangtua hanya mengharapkan perhatian,
dan kasih sayang dari anak-anaknya.
Wahai… Dimanakah surga itu?
Maka dalam salah satu hadits shoheh dikatakan;
“Berbaktilah terus kepadanya (sang ibu) karena surga itu berada di bawah telapak kakinya.” (HR. Ahmad, An-Nasa’iy, dan Ibnu Majah).

Tapi sekarang, apakah itu masih berlaku!?
Kenyataannya, banyak di antara anak-anak yang kini sudah besar,
tega menganggap setiap ikatan antara anak dan orangtua,
tidak ubahnya mereka pandang hanya sebagai anak tangga.
Mereka melangkahinya untuk mencapai tujuan.
Dan bila tangga itu tidak digunakan lagi,
tangga itu di anggap seperti kursi, seperti meja, baju yang rusak,
atau bahkan koran-koran bekas dan dianggap sebagai barang yang tidak berguna.
Barang yang tidak pantas mereka kenakan atau dipandang lagi.
Barang yang harus dimasukkan gudang…!? ^^,

Semoga saja kita segera tersentak dan menyadarinya…
Bahwa orangtua adalah akar yang kekar dari pohon yang berdiri tegak.
Meskipun pohon tumbuh dengan subur dan tinggi tegap,
tetapi bila akarnya di potong,
maka ia tidak akan tumbuh lagi!

MasyaAllah…

Aku tanyakan kepadamu wahai sahabat…
Bukankah demi kebahagiaan anak-anaknya,
setiap rupiah hasil jerih payah dari orangtua,
dibelanjakan dengan senang hati untuk anak-anaknya.

Tapi anak-anak itu…!?
Saat mata orangtuanya sudah kabur,
kenapa mereka takut memberikan sekadar sinarnya kepada orangtua!?
Jika orangtua bisa membantu dalam langkah pertama hidup kita,
lalu mengapa kita tidak bisa bantu menuntun langkah akhir dari orangtua!?

Sahabat…
Bila saatnya tiba,
bukankah posisi selaku orangtua bahkan menjadi tua dan tidak berdaya,
Demi Allah…
Pasti akan sampai pada diri kita masing-masing.
Bagaimana perasaan hati,
apabila apa yang tidak dapat kita berikan kepada mereka,
juga terjadi pada diri kita kelak!?

Sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat,
dan penyesalan kemudian hanya berupa kata-kata
Maka marilah kita perbaiki kealphaan diri selama ini.
agar bersegera mengambil kesempatan,
berbakti dan membahagiakan orangtua.

♥♥♥♥♥ ^_^, ♥♥♥♥♥

Duhai Abi dan Ummi yang dimulikan oleh Allah SWT…
Maafkanlah salah dan khilaf yang pernah saya perbuat,
yang (mungkin) pernah melukai hati Abi dan Ummi,
yang (mungkin) pernah melawan kepada Abi dan Ummi,
yang (mungkin) pernah mengecewakan harapan Abi dan Ummi,
yang (mungkin) pernah lalai dalam berjanji kepada Abi dan Ummi,
dan (mungkin) pernah membuat Abi dan Ummi meneteskan air mata.

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullaah…
Maafkanlah salah dan khilaf nanda duhai Abi dan Ummi tercinta…

Sungguh tak’kan sanggup nanda membalas perjuangan,
serta pengorbanan Abi dan Ummi untuk kehidupan nanda.
Maka dengan pemberian maaf dan ridha dari Abi dan Ummi,
insyaAllah itu akan dapat menyelamatkan hidup dan mati saya.

♥♥♥♥♥ ^_^, ♥♥♥♥♥

Bismillaahirrohmaanirrohiim…
“Robbanaa taqobbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim. Wa tub ‘alainaa innaka antat tawwaabur rohiim.” (QS. al-Baqarah {2}:127-128).

{Yaa Robb kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang}.

Allahumma Robbil firli wa liwalidayya warhamhuma kama robbayani shoqiiro.

Allahumma sholi ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa alii sayyidina Muhammad.




Barakallahu fiekum,
Wassalamu’alaykum wr.wb.


Nasihat

Zaman dan hidup telah berubah…
Sebenarnya, orangtua hanya mengharapkan perhatian,
dan kasih sayang dari anak-anaknya.
Wahai… Dimanakah surga itu?
Maka dalam salah satu hadits shoheh dikatakan;
“Berbaktilah terus kepadanya (sang ibu) karena surga itu berada di bawah telapak kakinya.” (HR. Ahmad, An-Nasa’iy, dan Ibnu Majah).

Tapi sekarang, apakah itu masih berlaku!?
Kenyataannya, banyak di antara anak-anak yang kini sudah besar,
tega menganggap setiap ikatan antara anak dan orangtua,
tidak ubahnya mereka pandang hanya sebagai anak tangga.
Mereka melangkahinya untuk mencapai tujuan.
Dan bila tangga itu tidak digunakan lagi,
tangga itu di anggap seperti kursi, seperti meja, baju yang rusak,
atau bahkan koran-koran bekas dan dianggap sebagai barang yang tidak berguna.
Barang yang tidak pantas mereka kenakan atau dipandang lagi.
Barang yang harus dimasukkan gudang…!? ^^,

Semoga saja kita segera tersentak dan menyadarinya…
Bahwa orangtua adalah akar yang kekar dari pohon yang berdiri tegak.
Meskipun pohon tumbuh dengan subur dan tinggi tegap,
tetapi bila akarnya di potong,
maka ia tidak akan tumbuh lagi!

MasyaAllah…

Aku tanyakan kepadamu wahai sahabat…
Bukankah demi kebahagiaan anak-anaknya,
setiap rupiah hasil jerih payah dari orangtua,
dibelanjakan dengan senang hati untuk anak-anaknya.

Tapi anak-anak itu…!?
Saat mata orangtuanya sudah kabur,
kenapa mereka takut memberikan sekadar sinarnya kepada orangtua!?
Jika orangtua bisa membantu dalam langkah pertama hidup kita,
lalu mengapa kita tidak bisa bantu menuntun langkah akhir dari orangtua!?

Sahabat…
Bila saatnya tiba,
bukankah posisi selaku orangtua bahkan menjadi tua dan tidak berdaya,
Demi Allah…
Pasti akan sampai pada diri kita masing-masing.
Bagaimana perasaan hati,
apabila apa yang tidak dapat kita berikan kepada mereka,
juga terjadi pada diri kita kelak!?

Sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat,
dan penyesalan kemudian hanya berupa kata-kata
Maka marilah kita perbaiki kealphaan diri selama ini.
agar bersegera mengambil kesempatan,
berbakti dan membahagiakan orangtua.

♥♥♥♥♥ , ♥♥♥♥♥

Duhai Abi dan Ummi yang dimulikan oleh Allah SWT…
Maafkanlah salah dan khilaf yang pernah saya perbuat,
yang (mungkin) pernah melukai hati Abi dan Ummi,
yang (mungkin) pernah melawan kepada Abi dan Ummi,
yang (mungkin) pernah mengecewakan harapan Abi dan Ummi,
yang (mungkin) pernah lalai dalam berjanji kepada Abi dan Ummi,
dan (mungkin) pernah membuat Abi dan Ummi meneteskan air mata.

Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullaah…
Maafkanlah salah dan khilaf nanda duhai Abi dan Ummi tercinta…

Sungguh tak’kan sanggup nanda membalas perjuangan,
serta pengorbanan Abi dan Ummi untuk kehidupan nanda.
Maka dengan pemberian maaf dan ridha dari Abi dan Ummi,
insyaAllah itu akan dapat menyelamatkan hidup dan mati saya.

♥♥♥♥♥ , ♥♥♥♥♥

Bismillaahirrohmaanirrohiim…
“Robbanaa taqobbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim. Wa tub ‘alainaa innaka antat tawwaabur rohiim.” (QS. al-Baqarah {2}:127-128).

{Yaa Robb kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang}.

Allahumma Robbil firli wa liwalidayya warhamhuma kama robbayani shoqiiro.

Allahumma sholi ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa alii sayyidina Muhammad.

Barakallahu fiekum,
Wassalamu’alaykum wr.wb

No comments:

Post a Comment