Semua kandungan di dalam blog ini adalah dari tulisan Ustaz Adi Yanto Meridukansurga di laman Facebooknya. Saya sekadar mencuba menghimpunkannya untuk manfaat semua umat. Terima kasih kepada Ustaz Adi yang memberikan keizinannya - Tulus dari Cipher.

21 May 2013

Bicara Tentang Syukur


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 


Photo: ‎Syukur merupakan salah satu sifat mahmudah yang harus dimiliki seorang muslim. Syukur tidaklah sekedar ungkapan  rasa terimakasih seorang hamba kepada Allah swt, tetapi juga merupakan wahana menuju (wushul) kepada Allah swt.

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.

sahabat fillah rahimakumullah

Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan diri dan keluarga kita dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang dapat memperbanyak pahala. Diantaranya dengan memenuhi perintah-Nya bersyukur atas segala nikamt dan rahmat yang diberikan oleh-Nya kepada kita semua.

sahabat fillah yang berbahagia

Pada dasarnya syukur merupakan salah satu sifat mahmudah yang harus dimiliki seorang muslim. Dalil tentang perintah bersyukur sangatlah jelas diterangkan dalam al-Baqarah ayat 152

فاذكرونى أذكركم واشكروا لى ولا تكفرون

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku

Seringkali orang memahami bahwa syukur merupakan uangkapan manusia atas nikmat yang diberikan oleh Allah swt kepada mereka, sehingga syukur terkesan hanya sebagai  ‘re-aksi‘ seorang hamba kepada Tuhannya, Allah swt. Padahal sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Karena sesungguhnya syukur merupakan salah satu wasilah mendekatkan diri kepada Allah swt. Syukur merupakan laku ibadah tersendiri yang apabila dikelola dengan benar oleh hamba akan mempermudahkan perjalanan mendekati Yang Maha Agung. Atau yang oleh para ahli tasawwuf dikatakan sebagai wushul kepada Allah swt.

Begitulah kiranya, Allah swt menaruh kata syukur bedekatan dengan kata dzikir dalam ayat diatas. Tidak lain karena, posisi syukur sama pentingnya dengan dzikir kepadaNya. Keduanya (dzikir dan syukur) sama-sama akan menghantarkan kita kepada-Nya.

Apabila diperhatikan secara seksama, potongan pertama ayat di atas yang berbunyi ‘fadzkuruni adzkurkum’ mengandung pemahaman bahwa barang siapa mengingat Allah swt maka Allah swt juga  akan mengingatnya. Artinya barang siapa berdzikir kepada-Nya, maka Allah swt akan selalu dekat dengannya.

Mengenai hal ini Rasulullah saw pernah berkata kepada para sahabatnya “maukah kalian aku tunjukkan amal yang paling bagus, yang paling bersih (di sisi-Nya) dan lebih berharga dari pada infaq emas-perak, juga lebih bernilai dibandingkan jika kalian memenggal leher musuh dan kemudian musuh itu memenggal lehermu (mati syahid di medan perang)”. Para sahabat kemudian menjawab  “mau ya Rasul” lalu nabi membalas “itulah dzikir kepada Allah swt”.

Pada kesempatan lain dalam hadits qudsi juga diterangkan “ana ma’a abdi idza dzkaroni,

Aku akan selalu menyertai hamabaku, selama hambaku ingat kepadaku dan kedua bibirnya selalu bergerak-gerak.

Kedua hadits di atas menunjukkan betapa dzikir itu sungguh berharga di sisi-Nya. Karena dzikir merupakan wahana mendekatkan diri kepadaNya. Dan begitupula dengan syukur yang tidak kalah berharganya dengan dzikir, sebagaimana keduanya diperintahakn oleh Allah dalam al-Baqarah ayat 152 dengan redaksi ‘fadzkuruni dan wasykuruli ’.

Pertanyaannya kemudian, syukur seperti apakah yang berharga senilai dengan dzikir? Syukur seperti apakah yang dapat menghantarkan kita mendekat kepada Nya? yaitu syukur yang mengandung tiga hal sekaligus pertama, syukur billisan, syukur bil janan dan syukur bil arkan

Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, jika ketiganya tidak terkumpul dalam satu tindakan, maka syukur itu tidak akan mampu mendorong diri manusia mendekat kepadaNya.

sahabat fillah yang Dimuliakan Allah swt.

Pertama, Syukur billisan. Yaitu menggunakan lisan sebagai media representasi rasa terimakasih kepada Tuhan dengan mengucapkan kalimat ‘alhamdulillah’. Kalimat yang hanya terdiri dari dua kata ini jika terucap dari mulut seorang hamba, maka sejatinya hamba itu telah mengakui keagungan dan kemewahan rahmat Allah swt atas segala yang telah ditakdirkan dan diberlakukan kepadanya. Sebagaimana tersimpan dalam huruf ‘al’ dalam al-hamdu yang bermakna ‘lil istighraq’. Artinya segala macam puja dan puji hanya kepada-Nya. Ini sekaligus juga menepis adanya pengakuan lain selain Allah swt. membersihkan dari dari rasa syirik yang mungkin menempel dalam hati kecil manusia.

Oleh karena itu Allah swt menggaransi siapapun yang mengucapkan Alhamdulillah dengan ridha-Nya. Maka dari itu marilah kita bersama-sama melatih diri membiasakan mengucap Alhamdulillah dalam laku kita. baik setelah makan, setelah minum, setelah berpakaian, setelah shalat dan lain sebagainya. Karena jikalau Allah swt telah meridhai kita, rasanya Allah tidak akan membiarkan makanan yang telah masuk ke dalam perut kita sebagai penyakit. Jika Allah telah meridhai kita maka kehidupan kita akan berjalan di atas trek ketentuan-Nya.

Demikian keterangan hadits Rasulullah saw;

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا. رواه مسلم 

Bahwa Rasulullah saw pernah bersabda sesungguhnya Allah swt (pasti) meridhai seorang hamba yang makan makanan kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah) atau meminum minuman kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah) .

Namun, tidak hanya berhenti sekedar ucapan alhamdulillah saja.Tetapi harus disertai dengan tambahnya rasa dalam hati (biljanan)akan rasa cinta kepada Allah swt sebagai Sang Pemberi rizki. Itulah perasaan yang diutamakan. Baru menyusul kemudian rasa senang dan gembira akan rizki yang diberikan kepadanya.

Disinilah para sahabat fillah yang Dirahmati Allah… yang perlu digaris bawahi bahwa yang utama adalah menambahkan rasa cinta kepada Allah Sang Pemberi nikmat, lalu setelah baru rasa senang dan gembira atas rizki yang diberikan oleh-Nya.

Yang ketiga dan terakhir, adalah menyertai ucapan dan perasaan itu dengan tindakan konkrit (bilarkan). Berupa berbagai macam kewajiban syariat yaitu zakat, bila memang sudah memenuhi syaratnya. Artinya, nikamt yang diberikan Allah kepadanya harus digunakan sebagai alat mendekatkan diri kepada Allah swt. Jangan sampai rizki pemberian dari-Nya menemuhi salah sasaran dipergunakan selain kepentingan ilahiyah.

Jika memang ketiga hal ini dirangkai dalam satu tindakan syukur, maka Allah akan menjamin kehidupan hamba itu dan meridhainya. Hal ini pulalah yang akan menghantarkan kita memahami ayat special untuk syukur yang berbunyi

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد

Bahwa Allah pasti akan menambahkan kepada mereka yang bersyukur dan menyiksa mereka yang kufur.

Demikianlah pencerahan dari saya kali ini semoga, bermanfaat bagi kita semua, amin. 
ROBBANAA AATINAA FIDDUN-YAA _HASANAH
WAFIL-AAKHIROTI _HASANAH
WAQINAA ‘ADZAABANNAAR
amin........ :-D‎

Syukur merupakan salah satu sifat mahmudah yang harus dimiliki seorang muslim. Syukur tidaklah sekedar ungkapan rasa terimakasih seorang hamba kepada Allah swt, tetapi juga merupakan wahana menuju (wushul) kepada Allah swt.

ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.

sahabat fillah rahimakumullah

Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan diri dan keluarga kita dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang dapat memperbanyak pahala. Diantaranya dengan memenuhi perintah-Nya bersyukur atas segala nikamt dan rahmat yang diberikan oleh-Nya kepada kita semua.

sahabat fillah yang berbahagia

Pada dasarnya syukur merupakan salah satu sifat mahmudah yang harus dimiliki seorang muslim. Dalil tentang perintah bersyukur sangatlah jelas diterangkan dalam al-Baqarah ayat 152

فاذكرونى أذكركم واشكروا لى ولا تكفرون

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku

Seringkali orang memahami bahwa syukur merupakan uangkapan manusia atas nikmat yang diberikan oleh Allah swt kepada mereka, sehingga syukur terkesan hanya sebagai ‘re-aksi‘ seorang hamba kepada Tuhannya, Allah swt. Padahal sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Karena sesungguhnya syukur merupakan salah satu wasilah mendekatkan diri kepada Allah swt. Syukur merupakan laku ibadah tersendiri yang apabila dikelola dengan benar oleh hamba akan mempermudahkan perjalanan mendekati Yang Maha Agung. Atau yang oleh para ahli tasawwuf dikatakan sebagai wushul kepada Allah swt.

Begitulah kiranya, Allah swt menaruh kata syukur bedekatan dengan kata dzikir dalam ayat diatas. Tidak lain karena, posisi syukur sama pentingnya dengan dzikir kepadaNya. Keduanya (dzikir dan syukur) sama-sama akan menghantarkan kita kepada-Nya.

Apabila diperhatikan secara seksama, potongan pertama ayat di atas yang berbunyi ‘fadzkuruni adzkurkum’ mengandung pemahaman bahwa barang siapa mengingat Allah swt maka Allah swt juga akan mengingatnya. Artinya barang siapa berdzikir kepada-Nya, maka Allah swt akan selalu dekat dengannya.

Mengenai hal ini Rasulullah saw pernah berkata kepada para sahabatnya “maukah kalian aku tunjukkan amal yang paling bagus, yang paling bersih (di sisi-Nya) dan lebih berharga dari pada infaq emas-perak, juga lebih bernilai dibandingkan jika kalian memenggal leher musuh dan kemudian musuh itu memenggal lehermu (mati syahid di medan perang)”. Para sahabat kemudian menjawab “mau ya Rasul” lalu nabi membalas “itulah dzikir kepada Allah swt”.

Pada kesempatan lain dalam hadits qudsi juga diterangkan “ana ma’a abdi idza dzkaroni,

Aku akan selalu menyertai hamabaku, selama hambaku ingat kepadaku dan kedua bibirnya selalu bergerak-gerak.

Kedua hadits di atas menunjukkan betapa dzikir itu sungguh berharga di sisi-Nya. Karena dzikir merupakan wahana mendekatkan diri kepadaNya. Dan begitupula dengan syukur yang tidak kalah berharganya dengan dzikir, sebagaimana keduanya diperintahakn oleh Allah dalam al-Baqarah ayat 152 dengan redaksi ‘fadzkuruni dan wasykuruli ’.

Pertanyaannya kemudian, syukur seperti apakah yang berharga senilai dengan dzikir? Syukur seperti apakah yang dapat menghantarkan kita mendekat kepada Nya? yaitu syukur yang mengandung tiga hal sekaligus pertama, syukur billisan, syukur bil janan dan syukur bil arkan

Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, jika ketiganya tidak terkumpul dalam satu tindakan, maka syukur itu tidak akan mampu mendorong diri manusia mendekat kepadaNya.

sahabat fillah yang Dimuliakan Allah swt.

Pertama, Syukur billisan. Yaitu menggunakan lisan sebagai media representasi rasa terimakasih kepada Tuhan dengan mengucapkan kalimat ‘alhamdulillah’. Kalimat yang hanya terdiri dari dua kata ini jika terucap dari mulut seorang hamba, maka sejatinya hamba itu telah mengakui keagungan dan kemewahan rahmat Allah swt atas segala yang telah ditakdirkan dan diberlakukan kepadanya. Sebagaimana tersimpan dalam huruf ‘al’ dalam al-hamdu yang bermakna ‘lil istighraq’. Artinya segala macam puja dan puji hanya kepada-Nya. Ini sekaligus juga menepis adanya pengakuan lain selain Allah swt. membersihkan dari dari rasa syirik yang mungkin menempel dalam hati kecil manusia.

Oleh karena itu Allah swt menggaransi siapapun yang mengucapkan Alhamdulillah dengan ridha-Nya. Maka dari itu marilah kita bersama-sama melatih diri membiasakan mengucap Alhamdulillah dalam laku kita. baik setelah makan, setelah minum, setelah berpakaian, setelah shalat dan lain sebagainya. Karena jikalau Allah swt telah meridhai kita, rasanya Allah tidak akan membiarkan makanan yang telah masuk ke dalam perut kita sebagai penyakit. Jika Allah telah meridhai kita maka kehidupan kita akan berjalan di atas trek ketentuan-Nya.

Demikian keterangan hadits Rasulullah saw;

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا. رواه مسلم

Bahwa Rasulullah saw pernah bersabda sesungguhnya Allah swt (pasti) meridhai seorang hamba yang makan makanan kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah) atau meminum minuman kemudian bersyukur (mengucap alhamdulillah) .

Namun, tidak hanya berhenti sekedar ucapan alhamdulillah saja.Tetapi harus disertai dengan tambahnya rasa dalam hati (biljanan)akan rasa cinta kepada Allah swt sebagai Sang Pemberi rizki. Itulah perasaan yang diutamakan. Baru menyusul kemudian rasa senang dan gembira akan rizki yang diberikan kepadanya.

Disinilah para sahabat fillah yang Dirahmati Allah… yang perlu digaris bawahi bahwa yang utama adalah menambahkan rasa cinta kepada Allah Sang Pemberi nikmat, lalu setelah baru rasa senang dan gembira atas rizki yang diberikan oleh-Nya.

Yang ketiga dan terakhir, adalah menyertai ucapan dan perasaan itu dengan tindakan konkrit (bilarkan). Berupa berbagai macam kewajiban syariat yaitu zakat, bila memang sudah memenuhi syaratnya. Artinya, nikamt yang diberikan Allah kepadanya harus digunakan sebagai alat mendekatkan diri kepada Allah swt. Jangan sampai rizki pemberian dari-Nya menemuhi salah sasaran dipergunakan selain kepentingan ilahiyah.

Jika memang ketiga hal ini dirangkai dalam satu tindakan syukur, maka Allah akan menjamin kehidupan hamba itu dan meridhainya. Hal ini pulalah yang akan menghantarkan kita memahami ayat special untuk syukur yang berbunyi

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد

Bahwa Allah pasti akan menambahkan kepada mereka yang bersyukur dan menyiksa mereka yang kufur.

Demikianlah pencerahan dari saya kali ini semoga, bermanfaat bagi kita semua, amin.
ROBBANAA AATINAA FIDDUN-YAA _HASANAH
WAFIL-AAKHIROTI _HASANAH
WAQINAA ‘ADZAABANNAAR

3 May 2013

Keutamaan Hari Dan Solat Jumaat


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Keutamaan Hari dan Sholat Jum’at

Hari Jum’at memang hari yang istimewa di sisi Allah SWT, banyak peristiwa agung terjadi pada hari Jum’at. Bukan sekedar rotasi hari biasa dari Senin hingga Ahad sebagaimana sehari-hari terjadi. Hari Jum’at merupakan raja dari hari-hari. Secara teologis ada peristiwa agung yang terjadi pada hari Jum’at. Allah SWT menciptakan langit dan bumi, menciptakan nabi Adam AS, memasukkan nabi Adam ke dalam syurga, menurunkan nabi Adam AS ke dunia, dan mewafatkan beliau juga pada hari Jum’at, niscaya Allah SWT mengabulkan doa yang dipanjatkan pada hari Jum’at, dan pada hari Jum’at juga dunia beserta isinya akan digulung kembali. Setiap malaikat, langit, bumi, angin, gunung, dan laut semuanya menyayangi hari Jum’at. Oleh karena hari Jum’at memiliki banyak keutamaan, kaum Muslim didorong menunaikan amalan lebih banyak pada hari Jum’at dibanding hari-hari lainnya sehingga lebih taqarub kepada Allah SWT dan sekaligus menambal pelbagai kekurangan di hari-hari lainnya. Allah SWT menjadikan perbuatan yang sangat mulia di hari Jum’at yang menjadi perantara diri kepada-Nya, sholat Jum’at. Sholat Jum’at adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan umat Muslim. Sebagimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Jumu’ah: 9, “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui“. Ayat tersebut bersifat umum dan tidak menyebutkan jamaah dengan jumlah tertentu. Segala sesuatu yang bersifat umum tidak boleh dikhususkan begitu saja tanpa berdasarkan Qur’an, Hadits, atau ijma’ ulama. Karena itu kontroversi di antara para ulama terjadi. Masalah-masalah yang diperdebatkan berkisar keabsahan shalat Jum’at: jumlah jamaah yang menunaikan dan prasyaratnya. Apakah dengan dua orang saja bisa menunaikan shalat Jum’at, orang yang bermukim di dusun kecil atau tinggal di kemah berpindah berkewajiban menunaikannya? Sebagian ulama seperti Umar bin Abdul Aziz, al-Auzai, dan Laits bin Sa’ad mengatakan setiap penduduk dusun yang ada pemimpinnya mereka diperintahkan untuk melakukan shalat Jum’at dan yang menjadi imam adalah pemimpin mereka. Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishak, mewajibkan ada shalat Jum’at dalam sebuah tempat yang di dalamnya terdapat 40 penduduk laki-laki yang sudah akil baligh dan berstatus merdeka. Syarat 40 orang ini ditanggapi oleh al-Auzai, tidak perlu sebanyak itu, asal ada 3 orang saja dan ada pemimpinnya, mereka wajib shalat Jum’at. Sebab pada dasarnya shalat Jum’at sama dengan shalat lainnya hanya saja di dalam shalat Jum’at ada kutbahnya.

Hampir serupa dengan shalat fardhu lainnya, shalat Jum’at diwajibkan kepada orang yang sudah akil baligh, merdeka, laki-laki, tidak sedang bepergian, dan tidak ada udzur sama sekali. Jadi shalat Jum’at wajib mutlak bagi laki-laki. Bagi perempuan yang ikut shalat Jum’at maka tidak perlu melakukan shalat Dzuhur. Anak kecil dan orang gila tidak wajib shalat Jum’at karena dianggap fisiknya lemah atau orang gila tidak memenuhi syarat akalnya. Sebagian besar ulama juga sepakat tidak ada kewajiban shalat Jum’at bagi kaum budak atau kaum tidak merdeka. Diriwayatkan dari Thariq bin Syihab bahwa nabi Muhammad SAW bersabda “Shalat Jum’at itu wajib atas setiap Muslim dengan cara berjamaah kecuali empat golongan, yaitu budak, perempuan, anak-anak, dan orang sakit“. Untuk anak-anak perlu mengajak mereka menunaikan shalat Jum’at sebagai pembelajaran bagi mereka sehingga ketika kewajiban shalat Jum’at kelak turun baginya, anak sudah siap menunaikannya. Sedangkan bagi musafir, sebagian besar ulama sepakat tidak mewajibkannya karena nabi Muhammad SAW dalam perjalanan tidak mengerjakan shalat Jum’at. Begitu juga pada saat beliau mengerjakan haji wada’ di Arafah yang jatuh pada hari Jum’at, beliau hanya mengerjakan sholat Dzuhur dan Ashar dengan jama’ takdim. Langkah nabi ini juga diikuti para khalifah setelah beliau wafat.

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Sallamah bin al-Akwa’ berkata “Kami shalat hari Jum’at bersama Rasulullah saw kemudian kami pulang ketika dinding sudah tidak punya bayangan yang bisa digunakan untuk berteduh.” Dalil inilah yang banyak dipakai oleh jumhur ulama bahwa waktu shalat Jum’at sama dengan waktu shalat Dzhuhur. Menurut Imam Malik, boleh hukumnya membaca khutbah sebelum matahri condong ke barat tetapi shalat Jum’atnya harus dilakukan setelahnya.

Shalat Jum’at yang dilaksanakan pada hari yang istimewa tersebut memiliki sejumlah sunnah yang sangat dianjurkan. Pertama mandi Jum’at, dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang mandi, mendatangi shalat Jum’at kemudian shalat seperti yang telah ditentukan kepadanya kemudian serius mendengarkan khutbahnya, kemudian shalat bersamanya, niscaya diampuni dosanya yang terjadi antara Jum’at dan Jum’at yang lain ditambah 3 hari. Barang siapa yang memegang kerikil-batu kecil untuk dipermain-mainkan sehingga tidak memperhatikan isi khutbah, maka ia telah melakukan kelalaian“. Sunnah mandi Jum’at seyogyanya dibarengi dengan berhias/berdandan, menggosok gigi, dan memakai wewangian. Kedua, memperbanyak ingat kepada Allah SWT, beristighfar kepada-Nya, memperbanyak membaca Al-Qur’an, sering bershalawat pada Nabi dan keluarganya, serta bersedekah karena hari itu adalah hari mulia di mana karunia Allah tercurah ke alam semesta dan rahmat-Nya menyelimuti dunia. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih, dari Aus bin Aus nabi Muhammad SAW bersabda “Sesungguhnya di antara hari-harimu semua yang lebih utama ialah hari Jum’ah, maka dari itu perbanyakkanlah membaca shalawat padaku dalam hari Jum’ah itu, sebab sesungguhnya shalawatmu semua itu ditunjukkan kepadaku“. Ketiga, berangkat ke masjid lebih awal. Diharapkan jamaah shalat Jum’at bisa melaksanakan shalat sunnah dan berzikir kepada Allah SWT sebelum kutbah dimulai. Barang siapa berangkat pada saat pertama seolah-olah dia berkurban seekor unta, yang berangkat pada saat kedua seolah-olah berkurban seekor lembu, yang berangkat pada saat ketiga seolah-olah berkurban kambing kibas, yang berangkat pada saat keempat seolah-olah berkurban seekor ayam, dan yang berangkat pada saat kelima seolah-olah berkurban sebutir telor. Keempat, menyimak khutbah sang khatib. Tidak berbicara ketika khatib sedang menyampaikan khutbah karena bisa membatalkan pahala shalat Jum’at.

Khutbah Jum’at adalah wajib menurut jumhur ulama. Mereka berdasarkan dari hadits-hadits shahih yang menyebutkan bahwa setiap kali Nabi mengerjakan shalat Jum’at maka selalui disertai dengan khutbah. Bagi Imam Syafi’i, hukum dua khutbah adalah wajib, duduk di antara dua khutbah juga wajib. Menurut sebagian besar ulama ahli fiqh seperti Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Ahmad, yang wajib hanya satu khutbah. Namun menurut Syaukani khutbah tidak wajib karena tidak termasuk bagian dalam shalat. Saat berkhutbah, Rasulullah SAW biasa memperpendek khutbah, menggunakan kalimat-kalimat yang singkat namun padat, memperpanjang shalat, memperbanyak dzikir. Khutbah beliau lebih menitik-beratkan pada pokok-pokok keimanan kepada Allah, malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, dan saat berhadapan dengan Allah di hari kiamat, uraian mengenai surga dan neraka, apa-apa yang disediakan Allah untuk para wali dan orang-orang yang taat. Sebaliknya apa-apa yang disediakan Allah bagi musuh-musuh-Nya dan ahli maksiat. Dengan demikian hati pendengar akan dipenuhi keimanan, tauhid, makrifatullah, serta saat genting di hari kiamat.

Beruntunglah orang-orang yang punyai perhatian lebih pada pada shalat Jum’at dan amalan-amalan yang mengikutinya sehingga bisa menjadi penutup kekurangan di hari yang lain.